Minggu, 26 Juni 2011

Hikayat hang tuah
Unsur-Unsur Intrinsik
A. Tokoh dan karakter
·         Hang Tua
Berani, Berbakti pada orang tua.
"Maka diparangnya oleh Hang Tuah kepala orang itu" 
"Apabila Hang Tuah mendengar kata ibunya demikian itu,maka Hang Tuahpun berbangkit berdiri,…"
·         Raja / Baginda
Emosional  : "maka Rajapun terlalu murka,merah padam muka Baginda.."
·         Temenggung
Suka iri hati, pembual.
"Siapakah lagi yang berani,lain daripada Sang si Tuah itu.."
·         Dang Merdu
Perhatian, penyayang
"Hai anakku, segeralah naik ke atas kedai dahulu."
·         Orang mengamuk (pemberontak)
Sadis
"..serta ditikamnya dada Hang Tuah, dipertubi-tubikannya."
·         Hang Mahmud
Perhatian, penyayang
"…'Adapun anak ini kita peliharakan baik-baik,jangan diberi main jauh-jauh."
·         Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir dan Hang Lekui  : selalu ingin tahu
B. Tema
Keberanian seorang pemuda

 C. Latar
·         Te m p a t  : Sungai Duyung (rumah Hang Mahmud), pasar, kerajaan,
Sungai Perak, negeri Bintan
·         Waktu : malam hari, siang hari
·         Suasana : tegang
 D. Alur
            Alur maju
 E. Sudut Pandang
Pola orang ketiga (serba tahu)
 F. Gaya Bahasa
Bahasa Melayu, Majas Hiperbola, Majas Personifikasi

Unsur ekstrinsik :
Pesan Moral
Janganlah cepat emosi. Sayangilah orang-orang disekitar kita. Jangan gegabah
Agama : menganut kepercayaan.
Sabtu, 25 Juni 2011
Atmosfer juga berfungsi sebagai payung atau pelindung kehidupan di bumi dari
radiasi matahari yang kuat pada siang hari dan mencegah hilangnya panas ke
ruang angkasa pada malam hari.
Atmosfer juga merupakan penghambat bagi benda-benda angkasa yang bergerak
melaluinya sehingga sebagian meteor yang melalui atmosfer akan menjadi panas
dan hancur sebelum mencapai permukaan bumi.

Foliasi pada Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf Tingkat Rendah 
Slaty cleavage, yaitu foliasi penetratif yang terbentuk dalam batuan tak kompeten yang berbutir halus, misalnya batulumpur, dan menyebabkan batuan itu memiliki gejala penyubanan. Kesejajaran mineral pada bidang foliasi ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang atau dengan menggunakan lup.
2.      
renulation cleavage, yaitu foliasi yang terbentuk akibat perlipatan minor terhadap foliasi yang telah ada sebelumnya. Proses tersebut biasanya berasosiasi dengan segregasi mineral-mineral tertentu yang kemudian akan tampak sebagai suatu pita pada bidang foliasi. Gejala ini dapat bersifat penetratif dalam batuan-batuan berbutir halus. Batuan yang biasanya mengandung struktur ini adalah batusabak (slate), filit (phyllite), dan sekis (schist).
3.     
Fracture cleavage, yaitu foliasi non-penetratif yang terdiri dari sejumlah bidang belahan yang satu sama lain terletak saling berdekatan dan bersifat persisten. Struktur ini dapat terbentuk dalam batugamping, batupasir, dan batuan beku.
4.     
Pressure-solution cleavage, yaitu cleavage yang terbentuk pada jarak yang relatif teratur dan menyebabkan terjadinya segregasi mineral (yang sering berasosiasi dengan lipatan mikro) dan pita-pita hitam yang disusun oleh material tak larut.

4.1.2  Foliasi pada Batuan Metamorf Tingkat Tinggi
1.     Schistosity, yakni foliasi penetratif atau non-penetratif yang sering disertai oleh kehadiran pita-pita filosilikat atau segregasi butiran mineral yang terletak sejajar dengan foliasi. Perlu dicamkan bahwa schistosity biasanya terletak sejajar dengan bidang perlapisan. Schistosity kemudian sering terlipatkan oleh crenulation cleavage yang timbul kemudian.
2.     Gneissic foliation, yakni foliasi pada batuan metamorf berbutir kasar, terdiri dari laminae dan segregasi butiran mineral yang tidak persisten. Perlu selalu diingat bahwa gneissic foliation biasanya sejajar atau hampir sejajar dengan gejala pelauhan batuan.
3.     Mylonitic foliation, yakni foliasi penetratif yang terbentuk dalam zona-zona shear strain tinggi seperti zona sesar dan zona shear. Foliasi ini dicirikan oleh gejala pengurangan besar butir akibat proses-proses tektonik dan sering menghasilkan adanya batuan yang sangat halus, seringkali mirip dengan batu sabak.


4.2  FOLIASI BIDANG SUMBU LIPATAN
      Dalam banyak kasus, foliasi terbentuk pada daerah sumbu lipatan yang terbentuk akibat fasa deformasi yang sama dengan fasa deformasi yang menghasilkan foliasi tersebut. Hubungan umum antara kedua struktur itu diperlihatkan pada gambar 4-1. Bidang foliasi lebih kurang sama dengan plane of finite flattening (bidang XY pada strain ellipsoid) untuk deformasi yang menghasilkan foliasi tersebut. Ini merupakan sebuah “hukum” umum yang dapat diterapkan pada paket batuan yang terlipat, namun tidak berlaku lagi pada shear zone dimana bidang foliasi tidak sejajra dengan finite flattening plane yang berada di luar shear zone.

4.2.1  Fanning dan Refracted Foliation
Dalam banyak kasus, cleavage (misalnya slaty cleavage) tidak hanya berkembang di sekitar sumbu lipatan, melainkan membentuk sebuah kipas di sekitar lipatan (gambar 4-1). Gejala itu muncul akibat adanya perbedaan kompetensi antara lapisan-lapisan yang terlipatkan. Untuk kasus pelit (mud rock berbutir halus) yang berlapis dan psammit (batupasir berbutir kasar) yang terletak pada sayap lipatan, cleavage membentuk sumbu tajam dengan bidang perlapisan dari slaty lithologies, namun dibiaskan menjadi cleavage dengan 


1. Hukum Superposisi (Law of Superposition)
Sebelum terkena gaya/perubahan, lapisan batuan yang di bawah lebih tua daripada lapisan yang di atas.

2. Hukum Horizontalitas Original (Law of Original Horizontality)
Sebelum terkena gaya/perubahan, sedimen terendapkan secara horizontal.

3. Hukum Kontinuitas Lateral (Law of Lateral Continuity)
Batuan sedimen melampar dalam area yang luas di permukaan bumi.

4. Hukum Hubungan Perpotongan (Cross Cutting Relationship)
Jika ada intrusi batuan beku atau sesar atau kekar memotong suatu perlapisan batuan, maka intrusi/sesar/kekar tersebut ada setelah lapisan batuan terbentuk.

5. Hukum Suksesi Fauna (Faunal Succession)
Fosil satu menggantikan fosil lain secara vertikal dalam urutan yang spesifik dan tepat, yang teramati
dalam area geografis yang luas.

6. Hukum Inklusi (Law of Inclusion)
Jika ada fragmen batuan yang terinklusi dalam suatu perlapisan batuan, maka perlapisan batuan itu terbentuk setelah fragmen batuan.

SUNGAI
Sungai yang mengalir termasuk air permukaan. Berdasarkan stadia erosinya, sungai dibedakan menjadi :

a. Sungai Muda : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf V
- Banyak dijumpai air terjun
- Tidak terjadi pengendapan
- Erosi vertikal efektif
- Relatif lurus dan mengalir di atas batuan induk

b. Sungai Dewasa : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentuk huruf U
- Erosi relatif kecil
- Bermunculan cabang-cabang sungai
- Erosi lateral efektif

c. Sungai Tua : sungai dengan ciri-ciri :
- Penampang melintang sungai berbentukcawan
- Erosi lateral sangat efektif
- Anak sungai lebih banyak
- Bermeander
- Kemiringan datar
PuPS merupakan piranti lunak untuk menentukan rekomendasi takaran pupuk padi sawah di setiap lokasi. Program ini dikembangkan oleh tim peneliti IRRI bersama Tim Teknis Kelompok
Kerja Pemupukan Tanaman Pangan, Badan Litbang Pertanian. Data diperoleh dari hasil-hasil penelitian pemupukan padi sawah yang saat ini sudah disebarluaskan dan sejalan dengan prinsip